Senin, 16 Mei 2016

NAFAS KEBANGKITAN GENERASI MUDA

GEMA RAUNG NASIONALISME


            Indonesia, negeri dengan berbagai macam budaya dan kekayaan alam yang sangat melimpah. Gemah Ripah Loh Jinawi, demikianlah ungkapan bagi nusantara ini. Bukan hanya kekayaan alamnya yang terdengar di kuping dunia, melainkan kontribusi rakyat Indonesia pun juga telah sampai ke kancah Internasional. Negara yang didirikan oleh founding father yang hebat ini memiliki jutaan orang yang menyimpan banyak potensi. Mulai dari prestasi dalam keilmuan seperti penemuan alat-alat baru, olimpiade keilmiahan tingkat Internasional sampai prestasi dalam hal non keilmuan baik itu olimpiade olahraga, konferensi, dan lain-lain. Tak heran jika banyak orang yang mengenal negeri ini. Mungkin memang enak rasanya bagi kita, generasi abad 21 yang tinggal menikmati syahdunya kemerdekaan. Bagi kami suatu perjuangan dalam mengisi kemerdekaan hanyalah berprestasi dan berkontribusi demi negeri. Namun beda halnya dengan generasi tahun ’45 yang berjuang sampai mengorbankan darah dan air mata. Semua usaha pahlawan tersebut memang tak sopan rasanya jika hanya kita ketahui tanpa kita buat aksi. Karena menurut Soekarno, “Negara yang besar adalah negara yang menghargai jasa para pahlawannya”. Sudah semestinya kita menjaga harkat dan martabat negeri ini dengan darah dan air mata kita selayaknya orang-orang hebat terdahulu. Nasionalisme memang bukan pemberian bangsa, melainkan hal yang harus kita dapatkan dan laksanakan. Oleh karena itu, kami selaku generasi abad 21 bekerja keras dalam membangun bangsa ini dari keterpurukan baik politik, sosial, ekonomi, maupun moral. Namun usaha itu tak seperti membalikkan telapak tangan. Semakin bertambah tahun, moral anak bangsa semakin lekang termakan oleh modernisasi zaman. Moral seperti hanya dimiliki oleh orang zaman dulu saja. Hal tersebut terbukti dengan makin marakya aksi hura-hura oleh anak muda yang semestinya bekerja keras demi membangun bangsa ini. Mereka seperti amnesia dan lupa bahwa kemerdekaan dan kebebasan mereka saat ini merupakan tanggung jawab bagi mereka dan bukanlah kado untuk pesta pora. Selain itu, pemerintahan di negeri ini juga telah tersisipi dengan moral dan akhlak yang kurang terpuji dari para pemangku tanggung jawabnya. Sebagai salah seorang generasi abad 21 saya merasa ingin enyah saja dari negeri ini.
“Tapi kalau saya pergi, lantas apa bedanya saya dengan mereka yang melepas tanggung jawab dalam mengisi kemerdekaan ini?”batinku. Dirikupun hanya bisa berusaha semampu jiwa raga ini dalam memberi sebuah kontribusi pada negeri ini, bukan hanya omongan dan ekspektasi yang tak dilanjuti dengan aksi. “Namun apakah semua orang berpikiran sepertiku? Yaaa, pasti ada”batinku. Namun diriku dan mereka yang sepemahaman denganku hanyalah seperti “senja” yang tak abadi dan akan berganti. “Lantas siapa yang akan mewarisi semangat nasionalisme ini? Apakah negeri ini akan krisi nasionalisme? Mau dibawa ke mana masa depan negeriku!!!” ucapku lantang. Untuk itulah saya membuat surat ini untuk kalian wahai generasi penerus bangsa. Kalian pastinya mengerti arti dari sebuah perjuangan dan nasionalisme setelah membaca pesan ini. Untuk itulah saya berpesan kepada anak-anak Indonesia, jagalah kehormatan dan martabat bangsa kalian, ingatlah perjuangan yang penuh penderitaan dari leluhur kalian, penuhi tanggung jawab yang dibebankan di pundak kalian, jaga moral kalian, dan jagalah negeri ini wahai para penerus. Saya bukanlah pendiri bangsa ini dan saya juga bukanlah orang besar, namun saya selalu ingin berbuat lebih untuk bangsa ini. Dari hal tersebut saya berharap setidaknya kalian mencontoh iktikad baik dari saya, bahkan saya akan sangat mengapresiasi bagi kalian yang melebihi semangat saya. Demikianlah pesan yang dapat saya titipkan pada kalian wahai “generasi penerus bangsa Indonesia”. Kan kami nanti darah dan air mata kalian demi negeri ini, negeri tercinta Indonesia.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar